Monday 22 November 2010

Adab-adab penuntut ilmu

A. Adab diri pribadi penuntut ilmu
Sebagai seorang penuntut ilmu atau pelajar, tentunya kita harus mempunyai etika atau adab yang harus kita ketahui dan jalankan agar ilmu yang kita dapatkan dapat diamalkan dan menjadi berkah untuk kita dan orang yang kita ajari tersebut.
Adapun adab seorang penuntut ilmu terhadap dirinya sendiri adalah:

1. Ikhlas karena Allah
Ketika kita menuntut ilmu, hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerena Allah dan untuk akhirat bukan untuk mendapat gelaran dan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang dipandang baik. Hal ini sesuai dengan salah satu hadist yang berbunyi:
"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan harta benda dunia, ia tidak akan mendapatkan mencium bau syurga pada hari kiamat".
2.Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faedah dari ilmu kita."Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat.
3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at
Yaitu dalam menuntut ilmu kita sebagai umat muslim hendaknya juga berniat untuk membela syariat. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah.


4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat
Seorang penuntut ilmu hendaknya menerima perbedaan pendapat dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah e masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan
Yaitu hendaknya penuntut ilmu mengamalkan ilmu yang dia miliki , baik itu akidah, ibadah, akhlak, adab, maupun muamalah. Sebab amal inilah buah ilmu dan hasil yang dipetik dari ilmu, seorang yang mengemban ilmu adalah ibarat orang yang membawa senjatanya, bias jadi senjatanya itu dipakai untuk membela dirinya atau justru untuk membinasakannya.
6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
7. Mencari kebenaran dan sabar
Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita tuntut.
8. Berpegang Teguh Dengan Al Kitab dan As Sunnah
Wajib bagi penuntut ilmu untuk memiliki semangat penuh guna meraih ilmu dan mempelajarinya dari pokok-pokoknya, yaitu perkara-perkara yang tidak akan tercapai kebahagiaan kecuali dengannya. Oleh karena itu seorang penuntut ilmu wajib berpegang teguh terhadap al Qur-an dan sunnah rasul agar ilmu tersebut tidak melenceng dan membawa kesesatan.



B. Adab terhadap guru
Guru adalah orang yang paling berperan penting dalam proses mendapatkan ilmu bagi kita. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita menghormatinya dan memuliakannya. Selain itu, kita juga harus memiliki etika terhadapnya agar ilmu yang diajarkannya dapat kita manfaatkan dan menjadi berkah untuk kita.
Adapun adab terhadap guru adalah:
1. Hindari dari menyingung perasaan guru
Janganlah sekali-kali kita menyinggung perasaannya, karena hal ini dapat merenggangkan silaturahmi antara kita denagannya. Jika perasaannya telah tersinggung, maka tentunya ilmu yang diajarkannya pun tidak akan berkah bagi kita. Oleh karena itu, hendaknya kita dapat menahan diri kita untuk menyinggung perasaannya.
2. Taat kepada guru dalam semua perkara kecuali perkara yang maksiat kepada Allah dan Rasul
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk taat kepada ulil amri. Guru juga dapat kita jadikan ulil amri kita karena mereka telah menjadi pemimpin dan pendidik kita agar kita dapat menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama kita. Akan tetapi, walaupun demikian, tidak sepenuhnya kita harus taat kepada guru, jika ilmu yang dia ajarkan adalah ilmu kesesatan yang telah melenceng dari al-quran dan sunnah rasul, maka kita tidak boleh mengikutinya. Karena hal itu akan merusak akidah kita.
3. Mengucapkan salam ketika berjumpa
Ketika berjumpa dengan guru, hendaknya kita mengucapkan salam. Hal ini sangat penting karena dengan demikian, guru tersebut dapat selalu dengan kita. Selain itu, hal ini merupakan hal yang juga dianjurkan oleh Nabi dan tentunya bukan hanya terhadap guru saja kita mengucapkan salam tersebut, akan tetapi hendaknya kita mengucapkannya kepadasetiap muslim.
4. Sentiasa doakan keampunan dan kesejahteraan guru
Doakanlah guru kita agar dia selalu diampuni dan disejahterakan oleh Allah SWT . jika melakukan hal ini, niscaya Allah SWT akan selalu menjaganya dan melindunginya serta mensejahterakan dirinya sehingga ilmu yang diajarkannya menjadi barokah bagi orang lain.
5. Jauhkan rasa takbur dan sombong
Jika guru kita salah dalam memberikan pengajaran dan kita ternyata lebih tahu daripada dia, janganlah kita menjadi takabur dan sombong dengan hal itu. Hargailah dia dan jagalah perasaannya. Jika kita sombong, maka tentunya hal ini akan membuatnya tersinggung. Jika sudah demikian, maka rengganglah silaturahmi antara kita denagannya.


6. Senantiasa bersilaturahmi kerumahnya
Untuk menjaga silaturahmi, hendaknya kita berkunjung kerumahnya dan selalu menanyakan keadaannya. Dengan melakukan hal ini, guru akan merasa di perhatikan dan dihormati oleh muridnya. Selain itu, hal ini akan membuat kita lebih dekat dengan guru dan tentunya akan lebih mudah bagi kita untuk mendapatkan ilmu tersebut.

C. Adab terhadap teman
Manusia adalah mahluk sosial, yang kehidupannya tak lepas dari orang lain. Baik dalam bekerja, maupun dalam pergaulan sehari-hari. Untuk itu diperlukan beberapa cara atau tips bagaimana dalam pergaulan nantinya tidak menimbulkan permasalahan tetapi yang diharapkan menimbulkan kebaikan dalam pergaulan tersebut.
Adapun adab tehadap teman adalah sebagai berikut:
1. Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik
Dengan berkunjung kerumahnya, tentunya hubungan prtemanan yang terjalin akan mnjadi semakin erat dan kan membuat hubungan tersebut menjadi kokoh. Selain itu, denagn pergaulan yng baik maka teman akan menjadi orang yang terdekat bagi kita disaat apapun situasinya. Cntohnya, dia bisa memberikan kita semangat ketika kita dalam masa-masa sulit. Oleh karena itu, jagalah pergaulan terhadap teman dengan baik dan sering-sringlah berkunjung kerumahnya.
2. Merasa kehilangan ketika tidak ada, dan menanyakan keberadaannya kepada orang lain
Ketika seorang teman tidak ada disaat kita membutuhkannya ataupun tidak, hendaknya kita selalu menanyakan keberadaannya. Jika kita tidak tahu dimana keeradaannya, maka kita dapat menanyakannya kepada orang lain. Hal ini manunjukkan bahwa kita pduli terhadapnya.
3. Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah
Ketika seorang teman mendapatkan musibah ataupun sakit, maka sudah selayaknyalah kita menjenguknya. Hal ini bisa membuat dia menjadi lebih bersemngat dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa kita juga perduli terhadap nasibnya.
4. Menolongnya ketika membutuhkan
Ketika seorang teman mmbutuhkan pertolongan, hendaknya kit slalu bersedia untuk menolongnya. Karena suatu saat nanti kita juga membutuhkan pertolongannya. Karena islam juga memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan tetapi tidak untuk keburukan.

5. Hendaklah menutup aib temannya
Janganlah kita suka membuka aib teman sendiri. Karena hal ini dapat membuat dirinya malu dan pastinya merasa tersinggung. Bahkan, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti dia juga akan membalas perbuatan kita. Oleh sebab itu, hendaknya kita saling menjaga aib teman kita masing-masin, demi hubungan pertemanan kita.
6. Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka kepadanya
Sudah selayaknya kita memaafkan kesalahan teman kita. Janganlah kita termakan olh emosi. Maafkanlah dia jika berbuat salah. Sebab kita ini hanya manusia yang tak luput dari berbgai kesalahan. Dan tetaplah berbaik sangka kepadanya setelah kita memaafkannya.
7. Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya
Ucapkanlah terima kasih atas setiap kbaikan yang telah dilakukannya. Dengan demikian, maka teman tersebut akan merasa bahwa perjuangannya tidak sia-sia.
8. Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman
Jika teman mandapatkan kesusahan, maka kita juga harus dapat merasakan apa yang dialami olehnya. Karena dengan begitu maka kita akan tulus dan berusaha untuk membantunya dengan sekuat tenaga agar dia keluar dari kesusahan itu.

D. Adab dalam pembahasan ilmiyah/diskusi
Adapun etika atau adab yang harus kita jaga dalam diskusi adalah:
1. Jangan Mendominasi Pembicaraan
Pelaku diskusi atau pembicara secaara umum, tidak boleh mendominasi pembicaraan; yakni tidak memberikan kepada pihak lain peluang berbicara. Tetapi cegahlah ia berbicara yang bertele-tele, sehingga keluar dari konteksnya. Mendominasi pembicaraan sama halnya dengan serakah dalam urusan makan.Semua itu merupakan sikap tercela.
2. Mendengarkan dengan Baik
Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik, karenanya jadilah pendengar yang baik. Janganlah memotong pembicaraan orang lain. Sebaliknya, perhatikan ia sebagaimana kita sendiri juga senang jika orang lain memperhatikan lita. Ketahuilah bahwa kebanyakan orang –sebenarnya- lebih menghormati pendengar yang baik daripada pembicara yang baik.

3. Perhatikan Diri Sendiri
Ketika kita tengah berbicara, perhatikanlah diri sendiri apakah kita berbicara terlalu keras? Ingatlah nasihat Lukman kepada puteranya, "Dan sederhanakanlah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.".
Jika kita merasakannya, ubahlah segera caranya. Jika merasa ada yang salah, segeralah minta maaf. Janganlah kita mengikuti emosi, sehingga mengubah diri dari seorang kawan diskusi menjadi seorang penceramah. Karena bisa saja dari mulut seseorang keluar kata-kata kasar, ungkapan pedas, kalimat yang mengesankan dirinya seorang guru, pemberi petuah, sok merasa besar, dan semisalnya yang dapat melahirkan dampak negatif bagi diskusi yang dilakukannya.
4. Kejelasan
Tegasnya ungkapan, fasihnya lisan, dan bagusnya penjelasan adalah sebagian dari pilar-pilar penopang diskusi dan dialog yang produktif. Rasulullah Saw bersabda,
"Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh mejelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan dalam berbicara, yang suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan orang lain."
5. Penggunaan Ilustrasi
Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya. Imam Ghazali pernah membuat ilustrasi untuk orang yang mencegah kemungkaran dengan kekerasan. Mereka seperti orang yang ingin menghilangkan bercak darah dengan air kencing. Cara mencegah kemungkaran seperti itu adalah bentuk kemungkaran yang lain, bahkan bobot kemungkarannya lebih besar daripada kemungkaran yang diberantas. Kedua-duanya sama-sama najis, tetapi najisnya air kencing lebih berat.
6. Tidak Fanatik dan Mengakui Kesalahan
Sikap fanatik dalah sikap tetap tidak menerima kebenaran setelah adanya kejelasan dalil. Seorang muslim adalah pencari kebenaran. Ia tidak fanatik kepada individu, kelompok, atau paham tertentu. Berpijaklah di atas kebenaran di manapun kebenaran itu berada. Mengakui kesalahan –setelah tidak mengakuinya di awal pembicaraan-dapat menarik simpati dan penghargaan dari lawan bicara. Berbeda halnya jika ia bergeming dengan kesalahannya, hal ini bisa menghilangkan rasa hormat dari orang lain, juga dari dirinya sendiri.

7. Jujur dan Kembali ke Sumber Rujukan
Hormatilah kebenaran. Jadilah orang yang jujur ketika menyampaikannya. Janganlah engkau memotong ungkapan, sehingga mengubah konteksnya atau mencabut daari relevansinya dengan memberikan penafsiran sesuai dengan keinginanmu. Di antara cara menghormati kebenaran adalah engkau tidak berargumentasi dengan mengutip pendapat orang yang tidak bisa dipercaya ilmu dan kejujurannya.
8. Menghormati Pihak Lain
Umar bin Khattab r.a berkata, Jangan sekali-kali engkau berprasangka terhaadap kata-kata saudaramu seiman selain dengan kebaikan, selama engkau dapati pada kata-kata itu peluang kepada kebaikan. Diantara wasiat Rasululah Saw adalah, Seorang muslim adalam saudara bagi muslim (yang lain). Karenanya ia tidak menzhalimi, tidak meninggalkan, tidak merendahkan, dan tidak menghinakan. Cukuplah seseorang disebut buruk lantaran merendahkan saudara muslim yang lain.
9. Perbedaan Pendapat dan Kasih Sayang
Perbedaan pendapat, sampai pun antarkawan dan sahabat, sering sampai menghapuskan rasa cinta dan kasih sayang. Waspadalah untuk tidak jatuh ke dalamnya. Perdebatan atau perbincangan, atau diskusi pada umumnya berpengaruh terhadap perasaan dan hati. Ingatlah hal ini tatkala engkau tengah berbicara dengan seseorang. Janganlah engkau tunjukkan sikap permusuhan kepada seseorang.
10. Jangan Marah
Jika lawan bicaramu tidak setuju dengan pendapatmu, jangan terburu marah. Janganlah engkau coba memaksakan semua orang untuk mengiyakan apa yang engkau anggap benar.

No comments:

Post a Comment